MAKASSAR – Musik K-Pop telah berkembang menjadi fenomena global yang tidak hanya mengubah selera musik masyarakat, tetapi juga membawa pengaruh besar dalam gaya hidup, khususnya di kalangan mahasiswa Makassar.

Perpaduan unik antara musik, koreografi, gaya busana, dan visual yang menarik telah menjadikan K-Pop sebagai salah satu budaya pop paling berpengaruh di dunia.

Grup-grup ternama seperti BTS, BLACKPINK, dan TWICE menjadi contoh nyata bagaimana musik K-Pop mampu menembus batas geografis dan budaya. BTS, misalnya, telah mendominasi tangga lagu Billboard dan masuk nominasi Grammy Awards.

Sedangkan BLACKPINK mencetak sejarah sebagai grup K-Pop pertama yang tampil di festival musik internasional Coachella. TWICE juga berhasil memecahkan rekor penjualan album di pasar global. Popularitas mereka menjadi daya tarik tersendiri bagi generasi muda, termasuk mahasiswa Makassar.

Di Makassar, fenomena K-Pop membawa pengaruh besar terhadap preferensi musik mahasiswa. Siti Aditya Mirsa, mahasiswa angkatan 2022 Jurusan Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, mengungkapkan lebih tertarik pada musik K-Pop dibandingkan dengan genre lainnya.

“Musik K-Pop terdengar seru dan mengajak untuk selalu berbahagia,” ujarnya saat diwawancarai melalui WhatsApp baru-baru ini.

Nirwana, yang juga penggemar musik K-Pop merupakan seorang mahasiswa Universitas Fajar, menyampaikan ketertarikannya pada K-Pop. Menurutnya, daya tarik utama dari K-Pop terletak pada kombinasi genre musik yang beragam, koreografi yang rumit, serta fashion yang mencolok.

“Ditambah dengan visual idol K-Pop yang menarik perhatian banyak orang,” ungkapnya.

Kehadiran K-Pop tidak hanya memengaruhi preferensi musik, tetapi juga membuka jalan bagi mahasiswa untuk mendalami budaya Korea Selatan. Banyak mahasiswa mulai mempelajari bahasa Korea sebagai bagian dari ketertarikan mereka terhadap K-Pop, sekaligus mengenal tradisi dan nilai-nilai budaya yang diangkat melalui lirik lagu serta kehidupan para idol.

Menurut Yurdika, seorang dosen seni musik di Institusi Kesenian Makassar (IKM), K-Pop berperan penting dalam memperluas wawasan budaya generasi muda.

“K-Pop bukan hanya soal musik, tetapi juga jembatan dalam memperluas wawasan budaya generasi muda Indonesia,” jelasnya.

Selain itu, gaya hidup yang diadopsi dari budaya Korea juga mulai terlihat di kalangan mahasiswa. Mulai dari cara berpakaian, penggunaan bahasa Korea dalam percakapan sehari-hari, hingga pola pikir yang terinspirasi dari nilai-nilai yang sering diangkat oleh idol K-Pop, seperti kerja keras, persahabatan, dan semangat untuk terus berkarya.

Tantangan dan Pertanyaan ke Depan
Meskipun popularitas K-Pop terus meningkat, fenomena ini juga menimbulkan pertanyaan: apakah K-Pop hanya sekadar tren sementara atau akan menjadi bagian permanen dari budaya pop di Indonesia?

Beberapa pihak menyebutkan bahwa meski K-Pop memberikan pengaruh positif dalam memperluas wawasan budaya, ada kekhawatiran akan potensi hilangnya minat terhadap musik lokal.

Namun, Yurdika menilai bahwa globalisasi adalah hal yang tidak terhindarkan, dan K-Pop hanyalah salah satu bentuk dari arus budaya yang masuk.

“Mahasiswa harus bijak dalam menikmati budaya asing, termasuk K-Pop. Kita perlu menjaga keseimbangan antara menerima budaya luar dan melestarikan budaya lokal,” tambahnya.

Fenomena K-Pop mencerminkan betapa kuatnya globalisasi dalam membentuk selera musik generasi muda. Kehadiran K-Pop tidak hanya menghadirkan hiburan, tetapi juga membuka cakrawala baru bagi mahasiswa untuk mengenal budaya lintas negara.

Pengaruh ini menunjukkan bahwa musik tidak lagi terbatas pada batas geografis, tetapi menjadi alat untuk menyatukan masyarakat dunia. Di Makassar, K-Pop telah membuktikan diri sebagai fenomena yang sulit diabaikan.

Preferensi musik mahasiswa yang sebelumnya lebih dominan pada musik lokal atau pop Indonesia kini semakin terbuka terhadap musik internasional, khususnya dari Korea Selatan.

Melihat tren ini, penting bagi mahasiswa untuk menikmati budaya K-Pop dengan bijak. Dengan demikian, mereka dapat mengambil nilai-nilai positif yang ditawarkan, tanpa melupakan identitas budaya lokal yang tetap harus dijaga dan dilestarikan. (*)

 

*Naskah artikel ini kiriman Supardi, Mahasiswa  Jurusan Jurnalistik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar