PALU – Keluarga salah satu pasien Poli Urologi RSUD Undata Provinsi Sulteng menyampaikan uneg-uneg. Ini disampaikan melalui saluran media sosial facebook yang diposting pada Senin, 19 Mei 2025.
Poin keluhannya, pasien yang disebut rujukan RS Kabelota berasal dari Boneoge Donggala tidak kunjung terlayani oleh dokter urologi di RS Undata. Pasien tiga kali mendatangi Undata yaitu pada 15 Mei, 16 Mei dan 19 Mei 2025.
Direktur RSUD Undata Provinsi Sulteng, drg Herri Mulyadi M.Kes, memberi penjelasan dalam menanggapi hal ini. Direktur menyebut saat ini memang ada keterbatasan jumlah dokter urologi.
Provinsi Sulawesi Tengah dengan jumlah 13 kabupaten/kota berpenduduk sekitar 3 juta jiwa, hanya memiliki 1 dokter urologi saja.
“Hanya 1 saja dokter urologi se-Sulawesi Tengah, kami punya. Yang banyak di kota-kota besar saja,” ungkap Direktur Herri, Selasa, 20 Mei 2025.
Lanjutnya, meskipun ada peningkatan jumlah dokter spesialis urologi secara nasional, tapi masih terbatas dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia, sehingga mungkin lebih sulit untuk menemukan dokter spesialis urologi di daerah-daerah tertentu, salah satunya Sulteng.
“Jadi memang ini murni karena kendala kekurangan jumlah dokter. Saat ini ada beberapa poli yang dokter hanya 1 akibat kelangkaan sebaran di Indonesia, salah satunya dokter urologi,” ucap Herri.
Kata Herri, RS Undata merupakan rumah sakit rujukan se-Sulteng, sehingga tidak mungkin tanpa memiliki kendala karena terpusat.
Saat Menteri Kesehatan berkunjung ke RS Undata, beberapa waktu lalu, Herri telah menyampaikan kondisi kelangkaan dokter spesialis tertentu ke Menkes.
Disebut, menteri menjawab pihak Kemenkes telah mendesak perguruan tinggi agar Fakultas Kedokteran menambah kuota karena adanya kekurangan dokter spesialis di Indonesia.
“Bapak gubernur dan ibu wakil gubernur juga sudah instruksikan segera menambah dokter spesialis,” tutur Direktur.
Herri menambahkan, salah satu solusi penting, rumah sakit kabupaten/kota juga seharusnya berusaha menambah layanan dokter spesialis agar rujukan tidak hanya terpusat ke RSUD Undata.
“Kalau rujukan terbagi-bagi, pasien mungkin tidak akan kesulitan,” tandas Herri. (*)