PALU – Manajemen Art Indonesia Dance Universitas Tadulako (Untad) kembali tampil meramaikan Festival FAF (FKIP Art Festival) Tahun 2024, yang berlangsung di Palu, Selasa, 19/11/2024.
Dalam kesempatan ini, Manajemen Art Indonesia Dance Untad menampilkan tari The Gold Shines of Central Sulawesi
Koreografer. Ini merupakan karya baru Dr Andi imrah Dewi S.Pd M.Sn, kalaborasi dengan para maestro yang berada dari Universitas Canada – New Zealand, Perguruan Tinggi Riau, dan Universitas Tadulako Sulawesi Tengah.
Para pencetus karya ini bersama saling memadu dan menyatukan energi panjang dalam sebuah perfom dan menjalin keakraban serta harmoni dalam lintas budaya nasional dan internasional. Ini terjalin dengan erat dengan budaya menjadi bagian pemersatu bangsa.
“Mari kita bergandengan tangan demi budaya Indonesia yang kita cintai bersama bersama,” ucap Dr Andi, Rabu, 20/11/2024.
Dr Andi menerangkan penampilan melibatkan 62 penari dengan konsep tari kolosal. Rinciannya, 50 penari mahasiswa dan 12 penari senior yang tergabung dalam Menejemem Art Indonesia Dance.
“Ini tarian kebajikan yang terinspirasi dari kehidupan masyarakat Sulawesi Tengah, Negeri yang subur membawa kehidupan dan keselematan pada masyarakatnya,” ujarnya.
“Juga memberi banyak pelajaran untuk bisa saling menghargai dan menjunjung tinggi adab dan kebiasaan masyarakat, serta adat istiadat yang mengilhami untuk bisa saling membantu dan memberikan kesenangan agar hidup berkecukupan dimana mereka saling peduli terhadap sesama,” tambah Dr Andi.
Nilai-nilai dalam kebajikan itu bisa menjaga silaturahmi dan harmonisasi yang indah. Keragamana budaya bangsa merupakan sebuah perbedaan yang melekat di setiap etnik Nusantara namun menyatuh secara utuh dalam bingkai kehidupan berbangsa dan bernegara.
Adapun kehadiran properti kipas dalam filosofi adat budaya Sulawesi Tengah yang memberi arti bahwa dalam kehidupan lebih baik berdiam daripada berbicara. Makna yang tersirat memberikan gambaran bahwa menjaga lisan dan berucap/berkata yang baik memberi manfaat bagi banyak orang.
Filosofi selendang bagi perempuan sebagai simbol pembimbingan artinya orang tua mestinya mengajarkan anak-anak berperilaku yang baik dalam kehidupan. Maknanya itu sebagai lambang pengikat niat buruk dalam jiwa manusia dalam tradisi budaya Kaili yang disebut dengan upacara Nolengga.
Ini dimaksudkan sebagai penyampaian doa terbaik agar mereka menjadi anak yang memiliki akhlak dan pengetahuan dan mampu memanusiakan manusia. Kemudian, Sintuvu memberikan nilai kebersamaan sebagai nilai ketaatan, penghargaan dan simbol persatuan.
The Gold Shines of Central Sulawesi
Koreografer ditampilkan secara memukau dengan Asisten koreografer Andi Rahmaeni.S.Pd M.Pd dan melibatkan penari cilik berprestasi Andi Alika Naila Inara.
Kemudian, ada Art Director Sri Mulyani S.Sn M.Sos, Set Manajemen Mohammad Syahri M.Pd, Bidang umum Sri Wahyuni S.Pd.M.Pd dan Ivana Vindu S.Sos. Sementara Komposer yaitu Smiet Lalove, Dr. Sutrisno hartana M.A (asal Canada), Roben (asal Canada), Lemon Q (dari Riau), dan Dr Suaib Djafar (Dewan Pakar Badan Musyarawah Adat Provinsi Sulteng dan Dosen).
Selanjutnya, Asisten pelatih masing-masing: Risca Efendi, Raodatul Jannah, Safitri, Fadilah Syahrani, Nurbaya, Aklima, Sriwijaya, dan Sri Rahma. Penampilan karya Dr Andi juga melibatkan para penari senior yakni Hj Marwati S.Pd, Drg. Idha Suhaeida, Hj Murniati M.Kom, Dr. Andi Yanti Ruka, Hj Umria S,Pd, Hj Fatimah S.Pd, dan Vita M.Pd.
Adapun pendukung pertunjukan dari Mahasiswa Prodi PGSD, BK, PGSB, Dosen FKIP dan Fapetkan, dan Dokter dalam Manajemen art Indonesia Dance. The Gold Shines of Central Sulawesi Koreografer tampil denga tema “Menjalin Harmoni, Meraih Prestasi”, di bawah bimbingan Dr Andi selaku koreografer/komposer. (*)